Rupanya, 1 Oktober 2022 bukan hanya sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Di malam harinya ada pertandingan sepak bola yang pasca pertandingan bola tersebut menjadi duka mendalam bukan hanya bagi keluarga yang ditinggalkan. Namun, oleh seluruh bangsa Indonesia.

2 Tahun lalu wabah Covid-19 mendera dunia termasuk Indonesia. Hal ini berakibat pula pada terhentinya pergelangan sepak bola yang menjadi hiburan rakyat dengan fanatik pada tim daerahnya masing-masing.

Kita semua tidak akan tahu, ternyata malam itu menjadi malam yang sangat pilu. Banyak korban yang meninggal dari peristiwa tersebut. Tercatat dengan kejadian ini Indonesia menjadi negara kedua di dunia yang mengalami banyaknya korban meninggal dari Sepak bola.

Fanatik memang tak perlu dipanggil. Seiring dengan dimana kita dibesarkan tentu kita memiliki satu dukungan terhadap sepak bola yang dengan itu kita rela mengorbankan waktu, uang dan tenaga.

Di sini tak bermaksud untuk menyudutkan pihak tertentu yang jelas kejadian malam tadi memberikan kecemasan yang mendalam dan membuat trauma bagi keluarga korban.

Ini bukan persoalan baru. Ini persoalan yang sudah dahulu ada. Sejatinya kita mesti sadar bahwa sefanatik apapun kita. Tetaplah ikuti aturan yang ada. Karena sejatinya jika bukan kita yang menjadi korban. Maka akan ada orang yang tak bersalah yang menanggungnya.

Petugas keamanan dan panpel pun tentu mesti berbenah jika kedepannya Sepak bola masih Ingin didengar oleh cucu-cucu kita.

Mari sejenak kira merenung hingga melakukan perubahan untuk masa depan yang lebih gemilang.